Direktur UKM Center FEUI: Saatnya UKM Jangan Menjadi ‘Warga Kelas Dua’


Usaha Kecil dan Menengah (UKM) kini masih dianggap sebagai ‘warga kelas dua’. Dianggap kurang bergengsi dan masih dipandang sebelah mata oleh perbankan. Padahal di tangah UKM inilah perekonomian Indonesia bisa tahan banting menghadapi krisis.

Bagaimana sebenarnya perkembangan UKM di Indonesia dan prospeknya ke depan? Apa saja yang harus dilakukan oleh para pengusaha UKM?

Berikut wawancara detikFinance dengan Nining Soesilo, Direktur UKM Center FEUI di kediamannya, kawasan Panglima Polim, Jakarta, Senin (16/3/2009). Nining merupakan kakak dari Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang kini menjadi salah satu kandidat Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Bisa ceritakan sedikit soal UKM Center FEUI?

UKM center UI ini umurnya paling muda di FEUI, yang paling tua kan LPEM. LPEM berdiri 1953 didirikan pak Soemitro Djojohadikusumo. Itu tempat berkumpulnya dosen-dosen ilmu ekonomi. Yang nomor dua tertua itu lembaga manajemen, kemudian nomor tiga lembaga demografi. UKM Center yang paling muda usianya baru 4 tahun, baru berdiri 2005.

Atas usulan siapa?

Dari usulan dekan. Sejarahnya UI kan fakultasnya duluan sebelum universitasnya. Dulu pertama kan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ekonomi, kalau Fakultas Teknik-nya kan di Bandung sekarang sudah jadi ITB, Fakultas Pertanian jadi IPB. Kemudian UI menjadi universitas, sejarah ini cukup membebani karena ada kesan multi fakultas bukan universitas.

Makanya dalam pemilihan dekan ini rektor kelihatannya ingin ada kesan universitas bukan multifakultas. Ini pasti ada gesekan karena mengubah sejarah yang sekian lama. Ini juga yang bikin pemilihan dekan agak berbeda. Sekarang jadi ada pasang iklan supaya dari luar ada yang mendaftar tidak hanya dari dalam FEUI saja. Mungkin Rektor pengen FEUI lebih transparan. Hari ini kandidat masukan formulir, nanti jumat ada prakualifikasi dan sabtu ada presentasi

Sudah ditentukan berapa calon?

Hari ini yang masuk 8 orang. Nanti akan dipilih 3 terbaik. Dipilih oleh 11 orang, terdiri dari 9 internal FEUI.

Ada perubahan yang diharapkan di FEUI?

Ya tentu saja, salah satunya mengenai kewirausahaan. Kalau kita lihat, selama ini kewirausahaan di FEUI kebanyakan teorinya dan dianggap sebegai residual. Tidak dianggap dari awal hanya menjadi faktor pengikut. Itu cara pandang di jurusan ekonomi. Karena banyak orang bilang kalau mau jadi pengusaha tidak usah sekolah juga bisa. Padahal negara kita mengalami kendala karena struktur usahanya enggak bagus. Apalagi di saat krisis, banyak orang PHK. Sudah bisa menjadi solusi kalau penduduk Indonesia bisa berwirausaha.

Tugas pemerintah sudah berat untuk menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. Seharusnya seperti di negara maju, peran Pemerintah tidak besar, komponen investasi swasta yang lebih banyak. Kalau di Indonesia komponen perekonomian nasional itu 60 persen dari konsumsi, bukan suatu tanda yang baik.

Seharusnya wirausaha yang tinggi?

Ya karena itu kan konsumsinya itu pasti akan tergerus komponen investasi yang tinggi, dan investasi yang tinggi itu digerakan oleh kewirausahaan. Kan biasanya rumus pertumbuhan ekonomi dari konsumsi ditambahin investasi ditambah pengeluaran pemerintah ditambah ekspor dikurangi impor. Memang negara kita senangnya mengkonsumsi, kurang mau berusaha. Karena capek dan repot. Kita enggak suka sebagai supplier tapi lebih sebagai intermediatornya karena cepat dan gampang. Kita memang bukan negara produsen.

Kalau emang mau nyalahin penjajah, dulu orang pribumi dipetakan jadi dua yaitu pegawai negeri dan petani. Sebagai penggerak ekonomi disimpan bangsa Tionghoa, karena memang mereka lebih pintar disitu. Jadi kalau orang Indonesia masuk ke dalam lingkaran orang Tionghoa itu merasa enggak nyaman, ibaratnya kolam dia akan akan merasa asing karena bukan di dalam kolamnya. Itu masih dianggap kelas dua oleh bangsa kita. Kita baru bisa bangga jika sudah bekerja di orang lain. Ini diharapkan bisa berubah dari bangsa kita, kalau tidak sekarang kapan lagi. Makanya kami di UKM center melakukan bedah UKM setiap bulan dan beberapa lomba UKM.

Bagaimana kondisi UKM saat ini di Indonesia?

UKM itu yang bertahan yang memasok kebutuhan primer, yaitu makanan, minuman dan pakaian. Consumer goods. Kedua, dia yang tidak terlalu terekspose dalam kegiatan international. UKM kan lokalitasnya tinggi, jadi sebetulnya tidak terlalu terpengaruh krisis. Dari krisis tahun lalu pun tidak terlalu terpengaruh. Dia bakal terpengaruh kalau memiliki komponen impor yang cukup tinggi, misalnya tahu dan tempe kan komponen kedelainya masih impor. Dia bisa bertahan kalau banyak menggunakan komponen lokal.

Jadi yang bisa bertahan contohnya UKM sektor mana?

Yang pasti yang lokalitasnya tinggi. Sektor industri kreatif, sangat menjanjikan. Potensinya sangat luar biasa karena orang Indonesia tergolong kreatif. Cuma masih main di perencanaan dan ide, begitu masuk ke detail kita masih harus banyak belajar karena kan memang kewirausahaan itu menuntut sesuatu yang terus-menerus. Kita masih banyak manja di saat terjungkal tidak mau bangkit kembali. Padahal itu bisa membuat makin pintar.

Sektor UKM yang rentan terhadap krisis?

Selain tahu dan tempe tadi mungkin yang menggunakan bahan dasar terigu, seperti roti, karena terigu masih impor dan harga gandum sangat terpengaruh nilai tukar. Ada yang mulai beralih menggunakan tepung singkong pengganti terigu, salah satunya yang ikut lomba kami. Memang rasanya enak sekali, tapi dia tidak bisa bermain di skala yang lebih besar, karena komponen lain seperti mentega dan coklat masih impor juga. Kalau ada alternatif mungkin minyak kelapa atau minyak bunga matahari untuk mengganti mentega dia bisa menghemat. Saat ini saat yang paling baik untuk kita mencintai produk kita sendiri. Jangan terlalu melihat semua yang dari luar itu lebih bagus.

Tapi di Indonesia rata-rata pola pikirnya seperti itu?

Ya itu karena kita mental dijajahnya masih ada. Belanda sudah enggak ada, tapi di hati kita, mental dijajah itu masih ada. Contohnya, bintang film Indonesia saja banyak yang berbau bule kalau mau dibilang cantik kan.

Apa yang harus dilakukan sektor UKM di tengah krisis seperti sekarang ini?

Kalau UKM harus mengembangkan dengan tekun apa yang ada di bumi Indonesia. Karena banyak negara lain mengalami guncangan karena resource-nya enggak banyak. Sebenarnya kita masih disayang sama Tuhan dengan banyaknya sumber daya alam, tanpa melakukan ekspor pun sebenarnya perdagangan domestik bisa tetap jalan. Kondisi negara kita secara finansial masih belum berkembang, kita juga beruntung disitu karena masih mengandalkan sektor riil. Dan UKM sebenarnya tidak perlu risau, karena PHK banyaknya di pabrik besar. Karena UKM sifatnya kecil jadi bisa bertahan. Yang menarik di negara kita, UKM masih mengandalkan bank untuk pinjaman modal.

Tapi kalau tidak ada bank, suntikannya darimana?

Di negara kita ini masih belum begitu mengenal dengan konsep modal ventura. Ini kan bukan UKM meminjam, tapi dapat dari sebuah lembaga ventura yang seperti memiliki modal di UKM itu atau kepemilikan saham. Jadi mereka tumbuh bersama. Seperti Starbucks kan itu UKM dari Venture Capital, Microsoft juga meminjam uang bukan dari bank. Nah di Indonesia memang ada lembaga ventura tapi prakteknya masih seperti bank memberi pinjaman bukan penyertaan modal.

Itu dirasa lebih menguntungkan UKM?

Iya, karena selain berbagi hasil juga berbagi risiko. Tapi memang orang yang akan menyertakan modal pasti pilih-pilih. Kira-kira UKM ini akan mati atau hidup terus. Memang dibutuhkan monitoring yang ketat dan transparansi. Kembali ke kejujuran UKM tersebut dan harus ada penempatan orang ventura di dalamnya. Tapi juga lembaga ventura di Indonesia itu kekurangan orang karena saking banyaknya UKM yang diurus.

Kebijakan pemerintah untuk sektor UKM saat ini bagaimana?

Kami sedang melakukan penelitian untuk KUR, mungkin tanggal 9 April sudah ada kesimpulannya. Kesimpulan sementaranya, KUR ini konsepnya kredit dengan penjaminan. Ini berbeda dengan kredit usaha tani yang dulu. Kredit dengan penjaminan ini dinilai lebih baik secara konsep karena dibarengi oleh kehati-hatian bank. Kalau KUR kan keputusan di bank, kalau kredit usaha tani di kementerian, jadi ada moral hazzard. Kalau bank kan lebih hati-hati, secara konsep sudah bagus.

Dalam pelaksanaannya kan dilibatkan enam bank, BRI, Mandiri, Mandiri Syariah, Bukopin, BNI dan BTN. Nah, dari enam itu yang memiliki armada terdepan dengan UKM hanya BRI. Disitulah kita melihat ada kendala, karena bank lain selain BRI ini kekurangan orang atau human resources di sektor UMK. Memang dana pihak ketiga besar, dan dipaksa pemerintah untuk menyalurkan ke UKM. Budaya lima bank itu juga belum terlalu kuat di retail, terutama Mandiri yang kuat di korporat. Ini kasihan juga ke UKM-nya, karena bank itu pasti menyalurkan lewat usaha kredit mikro seperti koperasi. Dengan begitu suku bunganya jadi lebih tinggi. Jadi rantai kegiatannya cukup panjang.

Juga undang-undang UKM yang baru keluar kemarin itu belum jelas. Sampai hari ini derivasi dari undang-undang itu belum ada karena belum bisa, peraturan pemerintahnya belum ada. Antara UU yang lama dan yang baru berbeda jauh sekali, mungkin karena memperhitungkan inflasi dan lain sebagainya sehingga komponen di UU No 5 sebelumnya itu tidak cocok dengan yang baru. Jadi ada kebingungan.

Kira-kira dalam 5 tahun ke depan UKM Indonesia akan seperti apa?

Saya kira akan lebih maju ya. Pertama, sekarang keberpihakan pemerintah kepada UKM melalui kebijakan-kebijakannya di kredit usaha seperti cluster satu dan cluster dua. Cluster satu kan bantuan langsung tunai itu ya, cluster dua itu pemerintah sudah mulai mengharapkan monitoring pemakaian dana. Diharapkan penyaluran dana ke UKM lebih transparan jadi yang dapat dana itu benar-benar UKM. Sudah banyak kebijakan pro UKM dari pemerintah, juga menumpukkan harapannya kepada UKM. CSR perusahaan juga itu sekarang banyak ke UKM.

Ada tips untuk yang mau memulai UKM?

Yang jelas dari para pemenang lomba kami dan pengalaman saya sendiri, tips-nya itu ya jalani saja. Jadi artinya ada sesuatu yang sifatnya just do it. Jalani, begitu jatuh bangkit lagi. Justru kalau orang kebanyakan teori malah justru takut duluan. Terlalu banyak pertimbangan, akhirnya malah enggak mulai melangkah.

Itu pertama, yang kedua adalah begitu kita terjun semakin dalam maka semakin banyak risiko. Dengan banyaknya risiko, pendidikan itu menjadi semakin perlu. Kalau kita lihat orang bisa sukses tanpa pendidikan berarti orang itu jenius dalm hal itu. Nah, orang jenius di dunia kan cuma beberapa, sisanya orang rata-rata. Orang rata-rata inilah yang memerlukan pendidikan. Bagaimanapun juga kita membutuhkan logika berpikir.

Kemudian, perlu juga komunitas untuk sharing. Saya menganjurkan sekali bagi mereka yang berwirausaha untuk membentuk komunitas, karena begini, kami sering menerima UKM yang kena musibah, apa itu ketipu lah atau bangkrut lah. Mereka itu sangat menderita sekali, ketika bertemu dengan kita jadi bisa sharing dan mengetahui letak kesalahannya. Komunitas ini bisa memberikan semacam advise kepadanya sehingga dia yang tadinya enggak kepikiran jadi bisa dilakukan. Dan dalam komunitas itu mereka bisa belajar dari mereka yang berhasil. Komunitas itu juga bisa berupa asosiasi sehingga menjadikan UKM lebih kuat. Selama ini ada beberapa UKM yang hancur, seperti baru bisa ekspor lalu ditipu negara lain, itu bisa ditanggulangi dengan adanya asosiasi. Asosiasi juga bisa berkomunikasi dengan Departemen Perdagangan, atau bahkan Departemen Luar Negeri supaya mendapat lebih banyak informasi.

Bisa ceritakan sedikit background pendidikan?

Saya tamat ITB tahun 1982, arsitektur. Masuknya tahun 1976. Tahun 1982 langsung masuk University of Iowa, kebetulan menikah dengan suami saya dia langsung sekolah ke Amerika jadi saya ikut. Beasiswanya saya dapat disana karena kebetulan nilai saya bagus di awal. Dulu saya ambil jurusan Urban Regional Planning. Disana saya punya anak pertama, di tengah jalan anak saya baru 1 tahun saya sudah hamil lagi, jadi saya pikir enggak bakal selesai cepat. Disitulah saya pindah major ke geografi, saya selesai tahun 1986.

Tahun berikutnya kembali ke Indonesia dan gabung dengan LPEM FEUI. Saya mulai mengajar di FEUI secara enggak sengaja. Saya kan bekerja sebagai peneliti disana dan penelitian saya dilirik oleh ketua jurusan sehingga akhirnya dipaksa untuk mengajar, padahal saya tidak punya background ekonomi. Lalu saya mulai belajar sendiri, baca buku dan segala macam, sampai akhirnya malah bikin buku sendiri. Bisa dibilang mulai aktif mengajar sekitar tahun 1994 sampai sekarang.

Mulai jadi Direktur UKM Center FEUI sejak kapan?

Sejak berdiri tahun 2005. Jabatan lain saya juga komisaris BPUI dari Desember tahun lalu. Kemudian saya juga jadi komisaris BPR Bakti Sejahtera, ini sejak tahun lalu tapi lebih awal. Saya juga wakil ketua di Pusat Inovasi UMKM. Saya juga aktif di Komite Nasional Pemberdayaan Usaha Mikro, dan Komite Nasional Penanggulangan Kemiskinan.(ang/qom)

disalin dari http://www.detikfinance.com

3 Responses to Direktur UKM Center FEUI: Saatnya UKM Jangan Menjadi ‘Warga Kelas Dua’

  1. Agus Setiyawan says:

    PROPOSAL
    I. Thema :
    Peningkatan Penjualan Hasil Produksi UKM Dengan Menggunakan Fasilitas INTERNET MARKETING
    II. Judul :
    Pemasaran Dengan Internet Untuk Branding serta Segmented Produk UKM
    III. Latar Belakang :
    1. Adanya kendala biaya pemasaran yang tinggi tidak sebanding dengan keuntungan produksi.
    2. Belum tahunya manfaat internet yang memang benar benar bisa menembus dunia maya sampai tak terhingga.
    3. Tidak seimbangnya laju teknologi dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki.
    4. Tidak adanya wadah untuk melakukan strategi pemasaran yang jitu dan bisa reduce cost.
    5. Mulai bertumbuhnya hotspot area, warnet dan tingkat penjualan komputer dan laptop di Indoensia yang sudah tembus 50.000.000 buah.
    6. Kecenderungan pasar yang menginginkan semuanya serba cepat.
    IV. Tujuan :
    1. Memasarkan produk UKM untuk diketahui oleh seluruh masyarakat Indonesia
    2. Melakukan strategi branding produk dengan metode display, brosur dan iklan, yang nantinya penggunaan biaya sangat kecil (Reduce Cost). Karena pengeluarannya hanya biaya internet saja, yang lainnya gratis.
    3. Melakukan strategi segmented dan targeted sehingga penjualan produk sesuai dengan pasar yang diinginkan, hanya dengan fasilitas internet saja.
    4. Memperkenalkan produk UKM ke luar negeri dengan teknik yang sederhana namun bisa diketahui oleh seluruh negara luar.
    5. Mengajari bertransaksi di internet untuk bisa closing.
    6. Peningkatan jumlah produksi dari hasil penjualan di internet.
    7. Gairah perekonomian UKM bisa berjalan.
    V. Strategi :
    1. Penjelasan dasar tentang manfaat internet yang begitu dahsyatnya.
    2. Cara penggunaan internet yang baik dan benar serta bijak sehingga bisa fokus pada penjualan.
    3. Pelaksanaan dibagi dalam tingkat beginner, intermediate dan expert, sehingga bisa menyesuaikan kemampuan masing masing UKM didalam memasarkan produknya.
    4. Secara berkala memberikan konsultasi terhadap permasalahan dari pemasaran via internet via online.
    VI. Contoh Solusi :
    1. Kawasan Industri Tas Gadukan – Surabaya
    a. Pertama adalah memperkenalkan didunia maya jika selain Tanggulangin ada Gadukan yang juga penghasil tas.
    b. Menjelaskan item produk serta kelebihan produk dibandingkan dengan hasil produksi daerah lain.
    c. Melakukan dan mempersiapkan brosur dengan teknis yang sederhana baik dalam bentuk foto atau video, namun bisa disajikan di internet sehingga calon pembeli bisa secepatnya mengetahui produk yang ada.
    d. Mempelajari cara termurah didalam pengiriman namun tetap aman dan cepat.
    2. Kawasan Industri Kripik Kedelai – Sidoarjo
    a. Pembuatan contoh atau sample rasa yang bisa dikirimkan ke seluruh peminat di internet dengan teknik promo yang murah meriah.
    b. Mempersiapkan kemasan dan cara pengiriman yang aman, sehingga kwalitas masi tetap terjamin.
    c. Memperkenalkan ke semua penjual seantero Nusantara dengan menggunakan teknologi internet.
    VII. Target :
    1. Para UKM melek akan dunia internet dan manfaat yang begitu dahsyatnya.
    2. Memperkenalkan produk ke luar daerah tanpa harus keluar daerah.
    3. Peningkatan produksi UKM sehingga bisa memutar perekonomian.
    VIII. Kesimpulan :
    1. Perlu adanya edukasi dalam 3 tahap untuk tepat sasaran.
    2. Perlunya suatu wadah konsultasi jika terjadi permasalahan.
    Demikian proposal ini kami sampaikan, semoga antara keinginan, tujuan dan kemauan untuk membangun bisa diberikan jalan bagi kelancaran didalam mencapai target.

    Hormat kami,

    Agus Setiyawan (Internet Marketer Income JUTAAN Modal GRATISAN)
    http://piranhamas.wordpress.com, piranhamasgroup@gmail.com

  2. arisjiena says:

    Memang menantang dinamika UKM tapi bisakah mulai terjun kalau mendekati pensiun?!
    optimis tapi menemukan produk apa yang bisa dijual
    yang perlu ilmu.

Leave a reply to dhadhang Cancel reply